Senin, 29 Juni 2015

Hanya hening

Hanya hening

hanya hening

Sesekali dia menusuk-nusuk tubuhku. Namun tak jarang dia pun membolak balik dan melihatku begitu saja. Sakit, dan tak ada habisnya. Bahkan tak jarang aku pun menangis, dalam diam. "Sudahlah, jangan menangis, mungkin nanti dia akan menghabiskan kita pada akhirnya" Ujar temanku yang nasibnya sama denganku.

Sudah sepuluh menit. Hanya Hening, dan dia hanya menyesap teh hangat di hadapannya. Menarik napas terdalam yang dimilikinya sambil lagi-lagi menusukku dalam. Pandangannya jauh ke depan, entah apa yang dipikirkannya. Lima menit berlalu, dan hanya keheningan yang kudapatkan. Temanku terdiam, pasrah atas apa yang terjadi pada dirinya kini. Entah bagaimana akan kuakhiri hariku sekarang. Kutatap wajah dengan garis yang menunjukkan kerasnya dunia. Tanpa senyuman dan tanpa raut kemarahan.

Kutahu, aku akan disia-siakan. Berkali-kali ditusuk dan digulingkan. Hingga akhirnya jatuh ke tempat dimana makhluk sepertiku dibuang. Menyesal dan menangis, hening dalam diam.

Lelaki tua itu tak mengerti apa yang diucapkan pramugari manis dihadapannya, dan dia hanya mengangguk saja saat satu porsi omelet terhidang di hadapannya. Naik pesawat adalah hal baru baginya yang hanya seorang petani di pelosok Sulawesi. Anaknya yang manager itu memberinya paket umroh ke tanah suci. Dan ini adalah pesawatnya pulang, dan dia tidak makan apa-apa.

Hanya Hening
Catatan Cinta Bunda
Baca selengkapnya »

4 komentar:

Dian farida ismyama mengatakan... 1 Juli 2015 pukul 22.13

duh sayang..dr awal sudah ketahuan kalo makanan

Diah Dwi Arti mengatakan... 2 Juli 2015 pukul 11.57

kirain sosis tadinya. tapi bagus, saya suka.

Zeipth mengatakan... 2 Juli 2015 pukul 16.42

saya kira awalnya itu buku atau majalah gitu.
ternyata omlet....

keren

Unknown mengatakan... 6 Juli 2015 pukul 09.26

mesti diperjelas lagi, ini ceritanya tentang apa?

Posting Komentar

Catatan Cinta Bunda Zia