Sabtu, 05 Oktober 2013

Pesona yang indah

Pesona yang indah


Seperti hari-hari  sebelumnya, pagi hari kusibukkan diriku dengan menyapu di halaman belakang rumah ibuku. Menyapu dengan ditemani lagu dangdut yang samar terdengar dari  rumah tetangga.
Setelah melahirkan, aktifitasku memang hanya sebatas rumah saja. Menyapu atau mencuci pakaian bayi. Ibu tidak pernah mengizinkanku melakukan hal-hal yang berat. Luka yang terkadang masih terasa dari perut memaksaku untuk tidak banyak tingkah meski kurasa aku benar-benar sudah sehat.

Dan pagi itu, kumelihatnya, di belakang rumah ibuku. Tetap menebar pesona walau terkadang tak terlihat jelas oleh mataku. Dia tetap sama, dan auranya selalu menuntunku untuk mendekatinya. Namun, saat kulihat bayiku yang belum genap dua bulan, kuurungkan niat tuk mendekatinya. Dengan cepat kutepis keinginan itu. Hal yang memang harus kulakukan saat ini. Pesona yang indah.

Jangankan melakukannya, hanya sekedar membicarakan keinginanku saja, s
udah pasti ibu akan marah. Tidak baik, tidak boleh, dan tidak pantas. Kupendam dalam-dalam keinginan itu. Dan ku tak tahu sampai kapan aku harus memendam rasa itu. Suamiku tak pernah bermasalah dengan hal itu. Dia bahkan tak akan mempermasalahkannya atau memikirkannya.

Lagi-lagi kumelihatnya pagi ini. Dan masih harus menahan diri untuk menyentuh atau memegangnya. Jika tidak, akan terjadi hal yang tidak diinginkan. Pasti kemarahan ibu akan kembali terdengar di telingaku. Dan kutahu itu untuk kebaikanku. Pesona yang indah.

pesona yang indah

Pohon mangga yang baru saja berbuah, selalu terpampang nyata di ingatanku. Keinginanku memetik salah satu buah yang masih muda dan menyajikannya dengan sambal agak pedas membuat hatiku dag dig dug. Tapi aku yang baru saja melahirkan harus tahu diri agar keadaanku baik dan semakin membaik. Sampai jumpa mangga muda.

Bunda Zia
Pesona yang indah
Baca selengkapnya »

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan Cinta Bunda Zia