Rabu, 02 Januari 2013

Teman Supir Angkot

Teman Supir Angkot


Pernah naik angkot???? Pernah donk.
Hanya orang-orang yang ga nahan yang ga bisa naek angkot (apanya ya???). Kejadian ini sudah agak lama, namun masih lekat di mata, apalagi kalo dah naek angkot. Ada ceritanya neh . . .

teman supir angkot

Sore itu sepulang mengikuti STS di gedung Bbpp aku dengan mataku yang agak sedikit istimewa dan tetap tanpa kacamata mulai menyebrangi jalan untuk naik angkot 25 menuju arah Rawa Panjang. Apalah daya mata tak sampai ternyata yang kuberhentikan adalah angkot dengan nomer lambung 05. Wah, bakal dibawa keliling terminal nih. Dan benar itu . . .

Sudah hampir maghrib, belum juga kutemukan mobil bernomor 11 di terminal kotaku tersayang. Dan ternyata, di bawah lampu merah itu ada satu mobil merah dengan nomor 11. Asiiiik.
Langsung kudekati, tapi kok nyetel lagunya agak keras ya, mana lagu dangdut yang amburadul campuraduk lagi. Tapi kalo jalan lagi lumayan jauh, dan aku sudah hampir masuk ke dalam mobil. Ya sudahlah lanjut saja, toh di dalam sudah ada dua ibu yang duduk dengan manisnya.

Mengelilingi terminal menuju arah rumahku, sang supir angkot mencari penumpang, sebentar ngetem, lalu jalan lagi, dan berhenti. Sang supir menaikkan dua gadis remaja dan menempatkan mereka di sampingnya. Tak lama kutahu ternyata mereka teman Supir Angkot.

Bercanda ala anak muda, sang gadis mengeraskan suara lagu dangdut amburadul tadi sambil bergoyang. Ibu yang berlogat Medan meneriaki sang supir "Bang, terlalu keras itu musiknya. Tak tahan telingaku ni" Sang supir mengecilkan volume tapenya dan sang gadis menggerutu sambil memaki Ibu Medan dengan suara pelan. Ada-ada saja.

Jalanan mulai macet, beberapa pegawai baru saja pulang rupanya. Perjalanan kami mulai merayap, tapi kok Sang supir malah berhenti. Padahal tidak ada calon penumpang menunggu di sana. Oalah,,,, teman supir angkot itu turun dan beli gorengan, ulangi lagi ya, beli gorengan. Mulailah dua ibu itu berceloteh dan bergerutu ria. Tak usah marah-marah pun jalanan sudah sedemikian ramai.

Syukurlah kulihat arah dari Rawa Panjang mulai lenggang. Sang supir belok kiri dan berhenti. KOk berhenti lagi?????
lagi-lagi teman sang supir turun, dia membeli dua gelas air mineral, haus setelah makan gorengan mungkin.
Beberapa bapak dan ibu mulai naik angkot.

Beberapa meter ke depan, sang supir menurunkan dua teman gadisnya. Dan supirpun berkata "Woi, tali *H lu ketinggalan" mendengar kata itu, aku sedikit kaget. Dua gadis yang bercelana setengah paha tertawa cekikikan, begitu pula dengan beberapa bapak dalam angkot. Astagfirullah, kok gitu???? Ujarku dalam hati.

Setelah dua gadis itu turun, di jalan para penumpang yang kelelahan hanya diam dan bersiap turun sampai tujuan. Begitu pula dengan diriku. Senangnya melihat rumah.

Teman supir angkot.
Bunda Zia
Baca selengkapnya »

2 komentar:

Keke Naima mengatakan... 2 Januari 2013 pukul 23.28

jiaaaahhh.. dikira itu mobil pribadi kali ya bs seenaknya aja tanpa mikirin penumang lain.. payah bener tuh temennya si supir angkot sm supir angkotnya juga sih.. :)

"Titik Asa" mengatakan... 3 Januari 2013 pukul 06.38

Ah ada aja kisahnya kalo naek angkot ya. Dari yg lucu, nyebelin sampe yg bikin nyesek. Ujungnya sih memang harus waspada saja, banyak copet juga.

Salam,

Posting Komentar

Catatan Cinta Bunda Zia