Kamis, 31 Januari 2013

Tangan Sang Juru Masak

Tangan Sang Juru Masak



'Aa, ne ada opor ayam enak. Lumayan 3000 perak dapet tiga potong kecil-kecil. Makan sana sama ade' Ujar sang mama pada anak keduanya di pagi hari. 'Mama beli dimana? Di warung pojokan yang ada tulisan rica-ricanya ya? Aa ga mau ah, Mama aja yang makan'. Sang Mama sambil bingung bertanya ' Emangnya ngapa ga mau, kan enak nih opor ayam?'. Sang anak menjawab 'Itu Ma, yang masak ayam kan anaknya korengan, dua-duanya lagi. Dan gitu di rumahnya acak-acakan banget, plus banyak kucing pada tidur di kasurnya hihiiiii' Sang Mama kaget dan berkata dengan nada agak tinggi ' Jangan sok tau, emangnya kamu tau dari mana kayak gituan?' 'Kan anaknya temen Aa, trus waktu Aa maen ke rumahnya, Aa jijik Ma liat rumahnya jorok banget' Sahutnya sambil melengos pergi.


Masih anak yang sama.
'Ma, mau kemana?' Tanyanya pada Sang Mama 'Mau beli kikil di warteg depan. Kemaren Mama nyobain enak deh' Jawabnya. 'Ih Mama, ngapain sih beli di warteg itu? Kan wartegnya ada anak kecilnya Ma' Sang Mama dibuat heran dengan jawaban anaknya. 'Mangnya ngapa kalo ada anak kecilnya?' Pertanyaan Sang Mama tidak terjawab saat itu, karena anak lelakinya sudah lari mengejar teman-temannya yang menggiring bola.
'Ah, palingan si Aa ga suka ma anaknya' pikir Sang Mama, dan terus pergi ke warteg dengan uang RP. 5000 di tangan. Sampai di depan warteg, Sang Mama tidak melihat Mbak yang biasa duduk di balik meja. Memanggil-manggil si empunya warteg, Sang Mama melihat Mbak tersebut di kamar mandi dengan pintu yang terbuka dan sedang "nyebokin" anaknya. Oh NO. Sang Mama jadi ga enak ati. Dari niat semula yang 5000 akhirnya Mama beli kikil cuma 2000.

Cerita seorang ibu muda tentang anaknya di sore hari. Sambil menemani Zia bermain dengan teman-teman sebayanya. Sang anak memang terlihat cuek, namun apabila berurusan dengan makanan, dia akan melihat kebersihan tangan sang juru masak.

Tidak bisa ditolak, beberapa dari kita pun terkadang berfikir dua kali tentang kebersihan makanan kita. Entah itu kebersihan tangan sang juru masak atau kebersihan tempat kita makan. Atau mungkin keadaan lingkungan sekitar ketika kita makan. Hal tersebut menyebabkan beberapa orang lebih menyukai masakan rumah dari pada masakan warung yang tak jelas proses dan kebersihannya.

Dan kepandaian kita memilih tempat untuk menikmati makanan tinggal makan adalah hal yang memang harus kita kuasai. Jangan sampai, hanya karena ingin makan praktis tanpa ribet, perut sekeluarga jadi taruhannya.

Tangan Sang Juru Masak
Bunda Zia
Baca selengkapnya »

3 komentar:

Keke Naima mengatakan... 31 Januari 2013 pukul 22.07

bikin nafsu makan ilang ya mbak kl kyk gitu..

masrafa.com mengatakan... 1 Februari 2013 pukul 14.41

perut de selalu gak bersahabat sama warteg.

3 bulan pertama di kantor ini, diajak makan ke warteg sama teman2. Karena gak enak, ya nurut aja.

pulang lsg demam, dan besoknya infeksi lambung 3hr aja gitu gak ngantor. Hiks.

Akira's Blog mengatakan... 8 Februari 2013 pukul 18.10

Jarang beli yang jadi kalo gak kepaksa banget. Ke kantor pun seringnya bawa bekal. Hehehe. Emang kadang kalo pas beli di luar, apalagi model warteg gitu, mikir2, bersih enggak ya? :(

Posting Komentar

Catatan Cinta Bunda Zia