Sabtu, 01 September 2012

Serunya Bersama Ayah

Serunya Bersama Ayah

Setelah penyakit ini menghinggapi diriku dan pergi bolak balik ke dokter, aku dan keluarga memutuskan untuk tidak mengendarai sepeda motor sebagai cara mencegah datangnya kembali penyakit itu. Hingga akhirnya aku menikah.

Ayah Zia yang pertama kukenal adalah satu sosok yang dingin terhadap perempuan. Tak pernah ada satu nomor teman perempuan pun yang disimpan di memori handphone-nya (katanya sih begitu). Dan memang hampir semua teman pun segan kepadanya. Dan jika mengendarai motor dia tidak pernah menggunakan rem. Terus saja melaju dengan kencangnya tanpa lirik kanan kiri. Semua orang tidak suka dibonceng Ayah, dan tidak suka mengikuti Ayah dengan sepeda motor dibelakangnya. Dan semua teman perempuannya marah ketika pertama Ayah Zia memboncengku, karena ternyata dia bisa naik motor dengan kecepatan rendah denganku ^_^.

Aku seorang wanita yang lebih suka naik angkot daripada motor, sangat tidak suka kepadanya. Selain dingin dan suka kebut-kebutan, Ayah Zia tidak romantis.Dia tidak lembut, bahkan kepada wanita. Dan hingga saat ini aku tak tahu apa yang membuatku menyukainya.

Menikah dengan Ayah Zia berarti berbaur dengan seluruh kebiasaan baik dan buruknya. Termasuk ngebut dengan motor berisiknya dan melihatnya selalu berkutat di depan komputer dengan web dan blog-blog yang dimilikinya serta semua teman yang selalu pulang pagi jika bersamanya '' _''

Hidup menjadi lebih seru dan berarti dengan Ayah Zia. Tidak monoton dan tidak membosankan walaupun terkadang suka deg-degan (nah lho). Ayah Zia memaksaku untuk mengenal dunia maya lebih luas, tidak hanya facebook dan twitter, memaksaku keluar dari pekerjaanku yang membosankan dan tidak menghasilkan (itu menurutnya), mengajariku untuk mulai menjadi bos bagi diri sendiri dan mandiri, membuatku harus memasak tiap harinya dan juga membiasakan diriku mengendarai motor tanpa harus takut akan penyakit apapun atau halangan apapun.

Aku tidak suka ngebut dan berisiknya motor, tapi karena Ayah Zia yang mengajakku dan membiasakanku maka mau tidak mau jadi terbiasa. Menyelip di antara macetnya jalan Jakarta bahkan berada diantara dua mobil besar sudah biasa. Dan kini akupun mulai mengenal blog dan dunia maya lebih luas melewati Ayah Zia. Thanks Ayah. Love you : )

Baca selengkapnya »

1 komentar:

Keke Naima mengatakan... 3 September 2012 pukul 08.52

semoga langgeng selalu ya bun :)

Posting Komentar

Catatan Cinta Bunda Zia