Jumat, 24 Mei 2013

Aroma dalam Ingatan

Aroma dalam Ingatan


Hobiku untuk berjalan-jalan di tanah lapang memang hobi yang agak sulit pada zaman ini. Namun selalu kuusahakan agar kubisa membujuk Ayah Zia untuk meluangkan waktunya mengajakku jalan-jalan out door. Kemana saja, yang penting tempat yang ada tanah lapangnya, tempat yang ada rumputnya, yang ada tempat duduk untuk berdua atau lesehan bersama keluarga.

Berbagai usaha dengan segala alasan kuutarakan, Zia pengen jalan-jalan, Ayah sudah lama tak refreshing, atau bawaan bayi ^_^ semua itu agar aku bisa melihat langit biru di atas rumput luas berwarna hijau, walau terkadang terhalang pepohonan. Hingga suatu weekend, Ayah mengajak pergi ke Bogor. Lapangan itu tak bisa membendung rasa bahagiaku yang terlalu besar, dan tentu saja rasa penasaran Zia yang meluap-luap.

Zia berlari ke sana kemari, dengan senang bermain dan mencari. Entah apa yang dicarinya. Mungkin kupu-kupu yang sudah tersapu asap polusi zaman modern. Ku ikuti dengan sedikit agak mengejarnya agar tidak terlalu jauh dari tempat kami duduk. Hingga akhirnya ada perasaan itu di hatiku. Ya, aku mencium aroma itu, aroma yang tak bisa ku lupa. Entah karena nikmatnya atau karena ingatanku yang selalu terbang berkelana saat kucium aroma itu. Aroma dalam Ingatan.

aroma dalam ingatan

Tak jauh, kulihat seorang bapak sedang memegang alat pemotong rumput. Sambil duduk mengusap peluh, ia menyeruput air putih di botol air kemasan yang sudah tidak jernih lagi. Sang Bapak memang telah selesai memotong rumput, namun aroma rumput basah yang baru dipotong itu baru saja datang dan merasuk dalam memoriku yang paling dalam. Membawaku ke kampung halaman yang menyisakan kenangan tak terlupakan.

Pagi itu, ibu dan uaku mengajakku ke sawah untuk ngarambet atau membersihkan sawah dari rumput yang mengganggu. Ku duduk di bawah pohon menunggu mereka dan bek
al makanan yang sudah mereka siapkan untuk makan siang nanti. Sambil memperhatikan, aku menghirup aroma rumput yang baru saja dipotong. Baunya lucu, itu pikirku. Bermain sambil bernyanyi dengan beberapa batang ilalang cukup menghiburku saat itu.

Dan tak kusadari, ada seorang wanita mendekatiku. Wanita dengan blouse, rambut terurai acak-acakan dan golok di tangannya. Kaget dengan kehadirannya, ku menangis dan menjerit sejadi-jadinya. Ketakutan. Dan saat itu ibuku jauh dari pandangan mataku. Hingga akhirnya, Ua yang mendengar jerit tangisku berlari dan mengusir orang gila dengan celurit di tangannya. Ya, wanita itu adalah orang gila. Satu-satunya orang gila di kampungku. Tak tahu bagaimana dan apa yang dipikirkannya hingga dia akan membunuhku. Menggorok leherku.

Karena tangisku yang tak juga usai, ibu menemaniku pulang sebelum pekerjaannya selesai. Meninggalkan Ua yang akhirnya harus bekerja sendirian.

Aroma dalam ingatan yang tak bisa kuhilangkan begitu saja. Aroma nikmat yang juga sedikit menakutkan. Kenangan masa kecil yang seringkali membuatku tertawa. Dan membuat ibu meledekku. Aroma rumput segar yang basah karena baru dipotong. Mengajakku berkelana bersama tulisan ini. Dan tetap saja, hobi untuk jalan-jalan di tengah lapang adalah hal yang menyenangkan.

Tulisan ini diikutsertakan pada Giveaway Cerita di Balik Aroma yang diadakan oleh Kakaakin.

Aroma dalam ingatan
Bunda Zia

Baca selengkapnya »

5 komentar:

HP Yitno mengatakan... 25 Mei 2013 pukul 06.34

Kalau ane mah sering banget mencium bau rumput. Orang tinggalnya di desa dan sering ngasih makan sapi he he he

Unknown mengatakan... 25 Mei 2013 pukul 14.38

tanah lapang saat ini hanya bisa di temukan di tanah pekuburan saja, mungkin. Yang masih banyak flora & fauna yang jauh dari kerumunan bising serta asap kendaraan

Keke Naima mengatakan... 27 Mei 2013 pukul 23.50

waaa serem bgt kl sp ketemu orang gila, ya

Anonim mengatakan... 30 Mei 2013 pukul 08.54

Aroma rumput yang baru dipotong itu sangat menyegarkan. :D

Terima kasih sudah ikutan pada GA Cerita di Balik Aroma ya :)

Kang Sofyan mengatakan... 30 Mei 2013 pukul 18.25

Bau rumput memang unik, Mbak. Apalagi diselingi bau lumpur yang ada di sawah, rasanya gak bisa menggambarkan, bau lumpur + kesegaran rumput yang baru di potong :)

Terima kasih partisipasinya, Mbak, sudah tercatat sebagi peserta :)

Posting Komentar

Catatan Cinta Bunda Zia